What's Up

Recent Articles

Tuesday, March 27, 2012

Supernova 1 : Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh



Supernova ini bukannya peristiwa bintang mati yang lalu meledak yaa..
Supernova ini serial novel karangan Dewi 'Dee' Lestari. Dan yang akan dibahas ya Supernova pertama, yang kaitan keilmuan Fisikanya kuat sekali. Bahkan sampai bawa-bawa Kucing Schrodinger di salah satu babnya.



Supernova Ksatria Putri Bintang Jatuh ini sebenarnya agak-agak sesat, dalam artian pengandaian karakter-karakternya yang jauh dari norma 'kenormalan' masyarakat Indonesia. Pasangan Gay, Pasangan selingkuh, dan Model merangkap (maaf) Pelacur.

Kalau dilihat dari websitenya Dee sendiri, sinopsisnya begini :
Kisah dimulai dari pertemuan dua tokoh, Dhimas dan Ruben, yang bersua di Washington DC dan kemudian bermetamorfosis menjadi sepasang kekasih. Pada hari jadi mereka yang ke-10, mereka berkolaborasi membuat sebuah novel berbasiskan sebuah dongeng kanak-kanak berjudul “Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”. Sementara itu, seorang eksekutif muda bernama Ferre dikisahkan terlibat hubungan cinta dengan seorang reporter bernama Rana yang telah menikah. Hubungan cinta itu menjungkirbalikkan hidup Ferre dan memaksanya menelusuri masa kecilnya yang pahit. Pada sisi lain, peragawati dan model terkenal bernama Diva dikisahkan menjalani kehidupan ganda. Diva juga diam-diam dikenal sebagai pelacur termahal yang memiliki kecerdasan luar biasa dan itu menjadi magnet tersendiri bagi para pelanggannya. Tiga sisi kehidupan antara Dhimas-Ruben, Ferre-Rana, dan Diva, terjalin benang merah yang dirajut oleh Supernova, sesosok tokoh dunia maya yang hanya muncul di internet dan menjadi konsultan banyak orang. Penelusuran spiritualitas yang berdampingan dengan eksplorasi saintifik ini berujung pada pertanyaan besar: siapakah gerangan sesungguhnya Supernova? Dan bagaimana kehidupan setiap tokoh saling menyentuh dan mempengaruhi satu sama lain tanpa mereka sadari.
Karya debut ini mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan dan melambungkan nama Dee sebagai wakil generasi sastra Indonesia tahun 2000 (“Dari Fanshori ke Handayani” Taufik Ismail).
 Baca buku ini mungkin beresiko dinasihati aktivis Masjid, tapi saya sukaa, haha..

Lihat deh salah satu kutipan dari Keping Ksatria Schrodinger ini (Ya, dibuku ini, BAB diganti jadi KEPING)

"Dhimas cuma bisa melipat tangannya, menggeleng-gelengkan
kepala. "Aku tak tahu lagi jadinya bagaimana..."
ia berkata lemas.
"Ia telah mendapatkan kepingan dirinya yang hilang. Pujangga,
homunculus, si manusia kecil, figur bawah sadar yang dulu
terlupakan tapi sekarang kembali hidup. Dan betapa ia menyukai
dirinya lagi. Tapi sekarang semuanya direnggut... hilang. Ksatria
kita baru kerampokan harta insaninya yang paling besar: makna.
Tanpa makna, buat apa lagi kita menjalankan hidup?" "Hidup
memang tidak boleh kehilangan makna..." desis Ruben. "Dan makna
apa lagi yang masih berarti untuk menyalakan hidup si Ksatria?
Aku tidak tahu!" seru Dhimas. Kening Ruben berkerut-kerut,
kakinya diketuk-ketuk, pertanda ia berpikir keras. "Kamu tahu apa
yang sedang kita hadapi?" tanyanya. Dhimas tahu pertanyaan itu
tidak perlu dijawab, bohlam yang menyala ada di otak Ruben. "Kita
sedang mengalami dilema terbesar para fisikawan. Dilema yang
disuguhkan Schrodinger dengan eksperimen kucingnya
. Inilah dia.
Paradoks kucing Schrodinger! "Look, honey, sekarang ini kita
sedang meneruskan hidup mati tokoh kita sendiri. Bukannya
menyiapkan pertunjukan sulap," komentar Dhimas kesal. "Aku
bukan asal ngomong, kamu sendiri kan tahu paradoks itu." "Ya, tapi
apa relevansinya?!" "Sebentar, sebentar... beri aku waktu." Ruben
memejamkan mata, berusaha menerjemahkan sinyal nonlokal yang
barusan hinggap di otaknya. "Begini, kamu tahu tujuan Erwin
Schrodinger dengan percobaannya itu?""

 Look, at that quote! Bawa-bawa percobaan Schrodinger ajah gitu. *dadah-dadah sama Fisika Kuantum*

Atau kutipan ini :
"Kali ini Ruben tergelak. "Omonganmu sudah
sama persis dengan para reduksionis skeptis itu," ia tertawa-tawa
sendiri. "Baiklah Tuan Skeptis, ada satu eksperimen yang beken
dikenal dengan Faraday's Cage, atau kandang... arrgh, aku benci
terjemahan, Faraday's Cage sama sekali bukan kandang. Ia adalah
semacam ruang yang kesemua sisinya terbuat dari logam khusus
yang mampu meredam semua gelombang.
Semua alat komunikasi
atau apa pun yang menggunakan gelombang tidak akan bekerja di
dalam ruang Faraday. "Lalu, ada dua orang yang ditempatkan di
dua ruang Faraday yang berbeda, sehingga dipastikan keduanya
tidak dapat berkomunikasi. Tapi sebelum mereka dipisahkan,
kedua orang itu disuruh berinteraksi, ngobrol atau apa saja,
sampai dirasa ada ikatan psikologis yang cukup. Di dalam ruang
terpisah itu tubuh mereka dipasangi mulai sensor saraf,
jantung, sampai EEG untuk mengetahui adakah respons stimuli
yang terjadi. Dan kamu tahu? Ketika orang yang satu diberi
pertanyaan atau tindakan tertentu, orang yang satu lagi
memberikan respons stimuli yang serupa! Padahal secara sadar, ia
sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di ruang sebelah." Dhimas
mendengarkan terpesona. "Berarti... kita semua ini ternyata
terhubung satu sama lain, sehalus apa pun itu, bahkan tanpa kita
sadari!" "Seringnya memang tidak disadari. Tubuh kita menerima
stimulus berjuta-juta kali lipat dari apa yang diolah otak. Lalu
Kesadaran apa yang dimaksud kalau kita yang dalam keadaan
bangun dan terjaga ini sensitivitasnya ternyata tidak jauh beda
dengan bangkai? Itulah... Kesadaran yang transenden. Nonlokal." "

Perhatikan frase yang di bold. Faraday's Cage. Bawa-bawa Kandang Faraday untung menterjemahkan karakter itu beneran keren dimata saya. Dan semua ini, dimulai dari dongeng yang ditemukan salah satu tokoh utama di taman bacaan Opanya. Dongeng tentang pengkhianatan, dan diberi judul Ksatria,Putri dan Bintang Jatuh.

"Ksatria jatuh cinta pada puteri bungsu dari Kerajaan Bidadari.
Sang Puteri naik ke langit.

Ksatria kebingungan.
Ksatria pintar naik kuda dan bermain pedang, tapi tidak tahu caranya terbang.
Ksatria keluar dari kastil untuk belajar terbang pada kupu kupu, tetapi kupu kupu hanya bisa menempatkannya di pucuk pohon.

Ksatria lalu belajar pada burung gereja.
Burung gereja hanya mampu mengajarinya sampai ke atas menara.

Ksatria kemudian berguru pada burung elang.
Burung elang hanya mampu membawanya ke puncak gunung.

Tak ada unggas bersayap yang mampu terbang lebih tinggi lagi.
Ksatria sedih,tapi tak putus asa.
Ksatria memohon pada angin.
Angin mengajarinya mengitari bumi, lebih tinggi dari gunung dan awan.
Namun sang Puteri masih jauh di awang awang, dan tak ada angin yang mampu menusuk langit.
Ksatria sedih dan kali ini ia putus asa.
Sampai satu malam ada Bintang Jatuh yang berhenti mendengar tangis dukanya.
Ia menawari Ksatria untuk mampu melesat secepat cahaya.
melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit dijadikan satu.
Namun kalau Ksatria tak mampu mendarat tepat di Puterinya, maka ia akan mati.
Hancur dalam kecepatan yang membahayakan, menjadi serbuk yang membedaki langit, dan tamat.
Ksatria setuju.

Ia relakan seluruh kepercayaannya pada Bintang Jatuh menjadi sebuah nyawa.
Dan ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada serpih detik yang mematikan.
Bintang Jatuh menggenggam tangannya.
“Inilah perjalanan sebuah Cinta Sejati,” ia berbisik, “tutuplah matamu, Ksatria.Katakan untuk berhenti begitu hatimu merasakan keberadaannya.”

Melesatlah mereka berdua.
Dingin yang tak terhingga serasa merobek hati Ksatria mungil, namun hangat jiwanya diterangi rasa cinta.
Dan ia merasakannya….”Berhenti!”

Bintang Jatuh melongok ke bawah, dan ia pun melihat sesosok puteri cantik yang kesepian.
Bersinar bagaikan Orion di tengah kelamnya galaksi.
Ia pun jatuh hati.
Dilepaskannya genggaman itu.

Sewujud nyawa yang terbentuk atas cinta dan percaya.
Ksatria melesat menuju kehancuran.
Sementara Sang Bintang mendarat turun untuk dapatkan Sang Puteri.
Ksatria yang malang.
Sebagai balasannya, di langit kutub dilukiskan Aurora. Untuk mengenang kehalusan dan ketulusan hati Ksatria."

Tuh, bawa-bawa Aurora :)

Nanti, diujung cerita, akan muncul lagi satu karakter yang nantinya akan menghubungkan seluruh karakter di Supernova 1 sampai supernova 6. Nama tokohnya? Supernova !

 Melihat beberapa kutipan diatas, kelihatannya novel ini 'berat' bener ya? Tapi ngga kok, ada beberapa bagian yang bikin haru, senyum simpul, sampai ngakak, apalagi bagian dimana Dhimas dan Ruben, pasangan gay yang ada disini, berdebat mengenai sesuatu hal yang lalu dimenangkan Dhimas, dan memaksa Ruben berteori Fisika dulu untuk meminta maaf. Itu bener-bener bikin saya ngakak.


Sampai sekarang, serial Supernova ini sudah sampai seri ke tiga, yaitu Supernova pertama ini, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Supernova Akar yang menceritakan perjalan seseorang yang punya indra ke enam dan beragama Buddha dan bernama Bodhi, dan Supernova Petir yang bercerita tentang seseorang cewek Cia alias Cina Aja yang pemalas luar biasa dan hobi memandang Petir, dan bisa Nyetrum! Dan baru pada pertengahan April nanti akan terbit Supernova 4 yang judulnya Partikel, yang dari nukilannya sendiri kelihatan bakal menyinggung bahasan mengenai teori evolusi dimana manusia itu komposisi genetiknya dekaaat sekali dengan simpanse :)

Lalu disusul Supernova 5 yang entah kapan keluar. Dan tebak judul seri kelimanya nanti? Gelombang aja saudara-saudara..


*Sebenarnya saya mau ngasih link .pdf nya Supernova Ksatria Putri dan Bintang Jatuh ini, tapi karena file nya berantakan, bahkan saya sendiri pusing bacanya dan juga saya terancam melanggar hak cipta, jadi niatnya dibatalkan saja. Buat teman-teman yang pengen baca, mungkin bisa dicari di google reader di alamat INI*

No comments:

Post a Comment